Kamis, 13 Agustus 2015

Cerpen

Disini gue mau ngeposting cerpen buatan gue dan temen-temen. so langsung ajah, cekidot!!


Kenangan Di Bagian Kotaku

8 tahun yang lalu,di bagian kota yang masih indah, udara belum tercemar. Aku sangat senang jika berada disana, banyak bermacam-macam tempat wisata, jalan yang berliku, jalan yang naik turun, dan juga pohon yang masih menyejukkan, aku masih ingat jelas kejadian itu. Daerah yang menyimpan sejuta kenangan bersama kedua orang tuaku.

***

Saat itu, Ibu memanggilku dengan manis “ Lin, Merlin. Kemarilah Ayah dan Ibu ingin bicara.“ Aku pun terkejut dan bingung. “ Iya Bu, ada apa ? “ jawabku. Ayah langsung memelukku layaknya memeluk boneka yang sangat manis dan lucu dan menjawab dengan senangnya “ Hahaha…minggu depan kamu liburkan ? “ aku hanya menganggukan kepala kegirangan. Lalu Ayah melepas pelukannya dan bertanya “ Kenapa kamu sangat senang ? “ “ Aku sudah tahu jika Ayah akan mengajakku liburan. “ jawabku dengan sangat senang. Setelah aku berbincang-bincang dengan Ayah dan Ibu, aku masuk ke kamar untuk mengerjakan PR ku, sekitar 40 menit lamanya aku mengerjakan PR ku, aku pun bergegas ke kamar mandi unuk mencuci kaki dan tangan ku untuk bersiap-siap tidur. Aku pun berbaring dikasurku dan serasa berbaring diatas awan putih yang sangat empuk, dan badanku serasa pegal semua. Awan itu pun berhasil membawaku tidur dan aku merasakan bahwa kelopak mataku sudah tertutup rapat. Didalam tidurku aku bermimpi, aku melihat banyak bebatuan-bebatuan beserta tanah yang jatuh turun kebawa, disertai juga oleh hujan yang sangat lebat dan disertai petir yang menyambar, aku pun sangat merasa ketakutan dan panik, dan sesekali berteriak memanggil Ayah dan Ibuku “ Ayah…Ibu… “.

***

Keesokan harinya, aku pun terbangun, banyaknya embun pagi hari yang menempel di daun-daun, sosok cahaya orange pun ikut menyingsing. Ayam yang sedang menjalankan tugasnya untuk berkokok pada pagi hari ini yang sejuk dan segar. Seperti biasa, aku pun langsung bergegas ke kamar mandi, semua sudah siap dan aku pun langsung berangkat sekolah. Sesudah tiba disekolah, aku melewati gerbang dan menyapa Pak Satpam penjaga sekolahku dengan seragam rapi dan siap untuk menerima pelajaran hari ini. Aku pun masuk ke kelas dan mendapati seorang sahabatku dan dengan segera menyapanya “ Hai Lys.. “ sapaku. Ia pun menjawabnya dengan senang “ Hai Lin “. Lalu aku pun duduk disebelahnya, ekspresi wajahku berubah tidak seperti tadi, aku merasakan ketakutan yang sangat besar dan aku merasa sangat panik. “ Kamu kenapa Lin, apa ada masalah ? “ tanya Lysa, dan memulai percakapan. Ia mengerti apa yang sedang aku rasakan, ia selalu menjadi pendengar baikku, ia selalu siap untuk mendengar semua curhatku. “ Tidak. Aku tidak punya masalah, tetapi aku mengalami hal yang sangat aneh, aku pun baru merasakannya kali ini “ “ Tenang, tidak usah panik begitu, ceritakanlah padaku, aku siap mendengar ceritamu. “ jawab Lysa dengan sangat halus, ia juga membantuku untuk menghilangkan rasa kepanikan dan ketakutanku. Aku bercerita semua yang aku mimipikan tadi malam, aku menceritakan semuanya pada Lysa, lalu ia angkat bicara “ Sudah tidak apa-apa, mungkin itu hanya imajinasimu yang terlalu berlebihan “.

***

“ Ayo ayo…cepat come on…..daaaaaann goaaallll “ sorak Ayah sangat senang dan sedang serunya menonton acara sepak bola di salah satu statiun TV itu, aku yang sedang belajar di ruang keluarga itu sedikit terganggu, lalu Ibu menghampiri Ayah, mengambil remote TV dan digantilah ole Ibu berita tentang bencana alam yang sering sering ini terjadi. “ Kasihan sekali mereka, harus menerima cobaan seperti itu, harus kehilangan tempat tinggalnya, sanak keluarganya, benda-benda berharga. “ kata Ibu prihatin sambil geleng-geleng kepala melihat insiden yang terjadi di layar TV itu, aku yang sedang belajar di temani oleh Ayah, langsung melihat layar TV karena sedikit heran apa yang dikatakan Ibu. Aku melihat kejadian bencana alam banjir disertai tanah longsor itu, aku teringat dengan mimpiku aku takut apabila ini terjadi padaku, aku tidak mau kehilangan kedua orangtua ku, apakah ini akan terjadi padaku ? aku selalu ketakutan apabila aku memikirkan tentang mimpiku itu. Apa aku harus bercerita kepada Ayah dan Ibu ?. “ Ih Bu kenapa diganti ?, Ayah kan lagi sorak-soraknya menyemangati club sepak bola kebanggaan Ayah ? “ suara Ayah yang terdengar seperti tidak suka dengan perlakuan Ibu tadi. “ Ayah terlalu bersemangat !! aku jadi tidak bisa konsentrasi belajar “ selakku.

***

Keesokan harinya aku sedang bersantai dirumah, melespakan kepenatanku dengan menonton TV. Tiba-tiba Ibu menghampiriku dengan mata sembab menandakan adanya kesedihan yang sangat dalam yang sedang  dialami oleh Ibu sekarang “ Ada apa Bu ? “ tanyaku dengan panik “ Tadi Ibu ditelefon oleh Pamanmu bahwa Nenek sekarang keadannya sangat kritis, karena penyakit yang dialami Nenek kambuh. “ jawab Ibu dengan nafas terengah-engah. Nenekku memang dari dulu mempunyai penyakit yang sangat mematikan, yaitu penyakit kanker paru-paru. Ibu memutuskan untuk melihat Nenek, Ibu menyiapkan semua keperluan yang akan dibawake rumah Nenek, Ayahpun sedang sibuk mengecek mobil, aku pun menyiapkan keperluanku juga. Semua sudah siap, aku, Ayah, dan Ibu akan segera berangkat kerumah Nenek. Saat di perjalanan Ibuku sangat khawatir dengan keadaan Nenek sekarang. Aku hanya berkata “ Sabar Bu. Nenek pasti tak apa-apa. “ dengan memeluk Ibu, Ibu hanya menganggukan kepala. Jarak rumahku sangat jauh dengan rumah Nenek, kira-kira hampir 3 jam untuk bisa sampai ke rumah Nenek. Di perjalanan Ibu pun sibuk dengan telepon genggamnya, Ibu terus menanyakan tentang keadaan Nenek, Ibu selalu mengguyurkan air matanya. Ayah hanya bersabar dan sesekali membelai rambut Ibu sambil berkata “ Sudah Bu, Pasti Ibu akan baik-baik saja. “. Di mobil suasana sangat sunyi dan penuh tangisan kekhawatiran, sesekali Ayah tidak berkonsentrasi dalam menyetir dan hampir menabrak sesuatu.

***

Sesampai dirumah Nenek, Ibu langsung melihat keadaan Nenek, ternyata Nenek tidak ada dirumah. Nenek sudah dilarikan ke rumah sakit. Akhirnya kami bergegas menuju rumah sakit, dengan cemas Ibu kembali menelpon Paman “ Bagaimana keadaan Ibu sekarang ? “ tanya Ibu “ Ibu semakin buruk keadaannya. “ dengan cemas Paman menjawab. Ibu mematikan telefon dengan cepat dan meminta Ayah untuk lebih cepat melajukan mobil, Ibu sangat merasa takut, cemas, meneteskan air mata, tangisan itu menggambarkan bagaimana rasa sayang Ibu kepada Nenek, yang sangat takut sekali kehilangan seorang yang selalu menyanyanginya sejak kecil. Saat tiba dirumah sakit Ibu sudah tidak sabar lagi menemui Nenek, di depan ruang inap Nenek, terlihat sosok laki-laki yang berdoa untuk kesehatan Ibunya, dan selalu dihantui oleh rasa cemas. Ia sedang duduk dengan menenggelamkan kepalanya, air mata kecemasan yang selalu menetes. Ibu langsung menghampiri Paman dan bertanya “ Bagaimana keadaan Ibu ? “ “ Ibu masih kritis. “ jawab paman dengan cemas. Aku melihat Nenek yang sedang tidur dan tak tahu kapan bangun, terdapat alat bantu bernafas di hidung Nenek ada juga tabung gas yang berada di dekatnya, aku semakin sayang dengan Nenek, dan tidak mau kehilangan dengan keadaan Nenek seperti itu. Sedangkan Ibu hanya bisa duduk termenung dengan menenggelamkan kepalanya.

***

Hari-hari terus berlalu, cuaca cerah, matahari menyingsing terang, seorang perempuan tua yang sehat sedang duduk-duduk diteras sambil menikmati secangkir teh hangat. Nenek sekarang sudah sehat, Ibu sudah tidak cemas lagi dengan keadaan Nenek sekarang. Saat Nenek masih dirumah sakit, Ibu selalu cemas begitu juga Paman, aku dan Ayah hanya bisa berdo’a saja buat kesehatan Nenek, dan akhirnya Nenek saat ini sehat juga. Ibu memanggilku “ Merlin. “ “ Iya Bu ? “ jawabku dengan senyum “ Besok sudah siap kan ? “ Ibu menjawab “ Sudah Bu “ jawabku dengan riang. Iya besok aku berlibur bersama Ayah dan Ibu, sengaja diundur besok karena hari-hari kemarin sibuk dengan keadaan Nenek, dan 3 hari menginap dirumah Nenek. Aku menghampiri Nenek “ Nenek mau ikut tidak, besok berlibur bersma Ayah dan Ibu ? “ “ Tidak usah Merlin, kamu saja yang bersenang-senang besok bersama Ayah dan Ibumu, aku juga masih belum seberapa sehat “ jawab Nenek dengan membelai rambutku, aku hanya tersenyum dan memeluk Nenek, Nenek juga membalas pelukanku. Hari sudah malam, aku berniat untuk pulang kerumah, untuk bersiap-siap berlibur besok. Aku, Ayah dan Ibu pamit ke Nenek dan juga paman.

***

Pagi hari, aku sudah bersiap-siap untuk berlibur, tapi aku tak tahu Ayah dan Ibu mengajakku berlibur kemana. “ Merlin, sarapan dulu. “ ajak ibu sarapan bersama Ayah dan Ibu “ Iya Bu. “ jawabku sangat senang, aku sudah tidar sabar untuk segera berlibur. “ Sudah tidak sabar ya Merlin ? “ tanya Ayah menggoda “ Iya Yah. “ dengan senang aku menjawab pertanyaan Ayah. Setelah sarapan aku mengambil tasku, memakai sepatuku, dan langsung masuk ke mobil. “ Sepertinya kamu sudah tidak sabar lagi. “ kata Ayah menghampiriku, aku hanya bisa tertawa “ Memang kita nanti berlibur dimana ? “ tanyaku “ Sudah, nanti juga tahu sendiri. “ “ Baiklah. “. Setelah Ibu mengunci rumah, Ibu langsung masuk ke mobil, Ayah sudah siap didalam mobil begitu juga aku. Setelah semuanya sudah siap, Ayah langsung menancapkan gas dan berangkat. Saat perjalanan, aku sangat penasaran kemana Ayah dan Ibu mengajakku berlibur. Sesekali aku memaksa Ayah untuk memberitahuku, tetapi gagal. Di perjalanan aku, Ibu dan Ayah bercanda ria. Sesampainya di sana, aku sangat senang. Lalu aku bertanya lagi kepada Ayah ku “ Yah, kita sekarang dimana ? “ tanya ku dengan sangat penasaran. “ Kita sekarang ada di pacet lin “ jawab ayahku dengan ramah. “ Pacet? Dimana itu Yah ? “ tanya ku lagi dengan sangat penasaran. “ Pacet ini berada di bagian kota kita lin “ jawab Ayah lagi.

***

Aku, Ibu dan Ayah pun langsung pergi ke tempat wisata yang ada di Pacet. Salah satunya di Jogo Park. Disana Aku bermain dengan sangat puas. Dan kita mengunjungi tempat wisata yang lainnya di Pacet. Setelah lama bermain-main, Kita pun menginap di sebuat villa. Saat aku sudah menempatkan semua barang-barang ku ke dalam villa, Aku pun keluar villa dan mencari udara segar. Saat aku keluar villa, aku pun mendengar suara gemuruh dari atas. Aku pun penasaran dengan suara itu. Tak lama kemudian banyak bebatuan yang jatuh beserta tanah yang menimpa atap villa disertai hujan deras, begitupun juga terjadi di villa-villa yang lain, aku teringat dengan mimipiku saat itu, apa ini akan terjadi padaku ?. Aku masuk membangunkan Ayah dan juga Ibu “ Ayah…Ibu.. bangun, Yah … “ aku semakin ketakutan, lalu Ayah bangun “ Ada apa ? “ tanya Ayah, lalu Ibu bangun. Aku keluar rumah, aku melihat kumpulan batu dan tanah terjun dari atas, benar ini sangat mirip dengan mimpiku saat itu. Aku melihat warga-warga yang sedang berlarian, aku juga melihat seorang anak kecil yang sedang mencari Ibunya  aku semakin ketakutan dan juga sangat panik, ada seorang warga yang mengajakku untuk segera mencari bantuan “ Ayo nak “ ia menarik tanganku tapi aku menahannya “ Tidak mau, bagaimana dengan Ayah dan juga Ibu ? “ tanyaku dengan takut. Keadaan semakin darurat, aku sangat bingung tak tahu harus bagaimana. Tiba tiba ada sesuatu yang menyeretku “ Ibu…Ayah….” Tangisku memanggil Ayah dan Ibu, aku sangat takut, benar-benar takut. Aku tak tahu harus bagaimana agar aku tetap bersama Ibu, aku mendengar ada yang teriak memanggilku “ Merlin….Merlin “ aku yakin itu suara Ibu.

***

Hampir 3 minggu aku menunggu kabar tentang Ibu dan Ayah, aku cemas sekali dengan keadaan seperti ini semenjak kejadian itu, setiap hari hanya bisa menangis memikirkan Ibu dan Ayah karena aku sudah tidak punya siapa-siapa. Aku sekarang berada di tempat pengungsian, setiap hari aku memikirkan Ibu dan Ayah, setiap hari aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan YME agar kedua orang tuaku bisa selamat dari tanah longsor itu, aku belakangan-belakangan ini susah tidur hanya memikirkan Ibu dan Ayah. Pada suatu hari aku medengar kabar dari salah satu penjaga tempat pengungsian, bahwa Ayah dan Ibu tidak selamat dari kejadian itu, semenjak aku tahu kabar itu aku semakin merasa sangat kesepian, setiap waktu aku berdo’a untuk kedua orang tuaku, aku hanya bisa menerima semua keadaan ini. Tapi aku tidak mau putus asa hanya karena kedua orang tuaku sudah tidak ada, aku berusaha untuk hidup dengan kesendirian.

***

Begitulah apa yang terjadi dengan 8 tahun yang lalu, aku tidak pernah lupa akan kejadian itu, sekarang aku berumur 21 tahun, aku sekarang kuliah disalah satu universitas di salah satu kota di Negara Jerman. Aku tinggal bersama teman kuliahku. Tentang kejadian itu aku tidak akan pernah lupa, karena sudah menjadi kenangan di bagian hidupku dan juga kotaku.


~~~~~

Selamat membaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar